Proses pengembangan sebuah game memang melewati proses kreatif yang rumit dan berbelit. Campur tangan para talenta terbaik yang berusaha mewujudkan visi-misinya memang seringkali melahirkan sebuah masterpiece yang luar biasa, tentu saja melalui serangkaian modifikasi untuk memfasilitasi ide terbaik. Hal yang sama juga tampaknya terjadi pada salah satu calon game terbaik tahun ini – The Last of Us. Terlepas dari pujian yang terus melayang, tidak hanya dari sisi visualisasi dan gameplay, Naughy Dog ternyata mengusung sebuah garis plot yang jauh berbeda dari rencana awal, seperti yang dikemukakan oleh sang director Neil Druckmann.
SPOILERS AHEAD!
Anda yang sempat melihat video Youtube atau bahkan menyelesaikan game ini tentu saja sudah memahami dinamika yang terjadi antara sosok Joel dan Ellie, serta beberapa karakter pendukung lainnya. Plot dimainkan lewat beragam tragedi, kebrutalan, dan rasa kehilangan yang begitu kentara mengalir selama kurang lebih 13 jam permainan. Semuanya diakhiri dengan keputusan Joel untuk tidak mengorbankan Ellie demi keselamatan dunia. Dengan egois, ia membunuh Marlene – kepala Firefly dan berbohong pada Ellie tentang apa yang tengah terjadi. Sebuah skenario yang cukup jauh dari apa yang direncanakan dari awal oleh Naughty Dog.Dalam kesempatan di PAX Prime, Neil Druckmann memberikan sinopsis plot “asli” The Last of Us, ketika proyek ini sendiri masih diberi nama “Project T1”. Berbeda dengan cerita yang kita dapatkan saat ini, Tess merupakan salah satu poros cerita utama. Pada awalnya, Joel dan Ellie diceritakan kabur dari wilayah karantian bersama Tess dan satu karakter lainnya. Kepanikan yang melanda setelah Ellie diperiksa terinfeksi oleh anggota militer akhirnya membuat saudara laki-laki Tess tewas. Dendam yang membara akhirnya membawa Tess pada satu misi utama: membunuh Joel dan Ellie.
0 comments:
Post a Comment